Ada satu institusi penegak hukum di negeri ini yang sering menghabisi nyawa orang lain dengan hanya berbekal dugaan atau kecurigaan, tanpa melewati pengadilan. Institusi ini sangat mencurigai orang-orang yang rajin pergi ke masjid. Bahkan dalam pelatihan anti-teror, mereka sering menjadikan orang-orang yang berpakaian baju koko atau gamis, berjenggot, dengan jidat yang sedikit menghitam, sebagai teroris yang harus dilumpuhkan.

Mereka tanpa perasaan hormat sedikit pun sering memasuki rumah Allah Swt, masjid atau mushola, tanpa melepas sepatu laarsnya. Sepatu-sepatu yang kotor itu dengan leluasanya menginjak-injak sajadah tempat di mana manusia bersujud kepada Allah Swt.

Bukan pemandangan aneh lagi jika mereka, dengan seragam layaknya Robocop lengkap dengan senjata api laras panjang plus teleskopik, mereka beramai-ramai mengeroyok satu orang berpeci atau yang mengenakan celana cingkrang yang postur tubuhnya jauh lebih kecil, sama sekali tidak bersenjata, dengan penuh rasa bangga.

Mereka ini kemudian akan menggeledah rumahnya dan dengan penuh kesombongan menyita kitab suci Qur’an dan buku-buku dakwah Islam sebagai alat bukti terorisme. Bahkan pernah ada satu kejadian, susu bubuk bayi pun yang berwarna putih disita dan dianggap sebagai bubuk mesiu.

Inilah algojo-algojo masa kini, yang sangat represif dan kejam, yang keberadaannya secara ironis dilindungi undang-undang yang dihasilkan dari rezim yang dianggap paling demokratis. Dan ternyata, keberadaan algojo-algojo seperti ini sudah diramalkan Rasulullah SAW di dalam hadits-haditsnya:

Dalam kitab para ulama yang membahas tentang akhir zaman. Rasulullah SAW bersabda:
سَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شُرْطَةٌ يَغْدُوْنَ فِـي غَضَبِ اللهِ، وَيَرُوْحُوْنَ فيِ شَخَطِ اللهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُوْنَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ.
“Akan ada di akhir zaman para penegak hukum yang pergi dengan kemurkaan Allah dan kembali dengan kemurkaan Allah, maka hati-hatilah engkau agar tidak menjadi kelompok mereka.” (Shahih al jami’).

جاء في الحديث: سيكون في آخر الزمان شرطة يغدون في غضب الله ويروحون في سخط الله. رواه الطبرانيوصححه الألباني
Telah diterangkan dalam Hadist : “Akan datang sebuah zaman para polisi yang berangkat dengan Murka Allah, dan pulang dengan membawa murka Allah.” (Riwayat Thabrani dan dishahihkan Al-Bani).

وفي صحيح مسلم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يوشك إن طالت بك مدة أن ترى قوماً في أيديهم مثل أذناب البقر يغدون في غضب الله ويروحون في سخط الله
Adapun dalam riwayat Muslim sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Jika Umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat satu kaum yang pergi pada pagi hari dengan kemurkaan Allah dan pulang pada sore hari dengan laknat Allah, Di tangan tangan mereka ada Cambuk bagaikan ekor sapi”

قوله صلى الله عليه وسلم: ليأتين على الناس زمان يكون عليكم أمراء سفهاء، يقدمون شرار الناس ويظهرون بخيارهم ويؤخرون الصلاة عن مواقتيها، فمن أدرك ذلك منكم فلا يكونن عريفا ولا شرطيا ولا جابيا ولا خازنا. رواه أبو يعلى وابن حبان في صحيحه، وقال الهيثمي: رجاله رجال الصحيح خلا عبد الرحمن بن مسعود وهو ثقة اهـ. وحسنه الألباني.
Berkata Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam, “Benar-benar akan datang kepada kalian wahai manusia, suatu zaman yang penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya.
Barang siapa yang mendapati masa mereka janganlah sekali kali menjadi bagian dari mereka baik jadi penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (Riwayat Abu ya’la dan Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan berkata Haitami: para rijalnya shahih )

Dari Abu Said Al Khudry RA, ia berkata, “Rasulullah berdiri di tengah kami dalam salah satu khutbah yang diantara beliau bersabda, ‘Ketahuilah aku hampir saja di panggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan tersebut.
Sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh penguasa yang berkata berdasarkan landasan ilmu dan berbuat berdasarkan ilmu. Mentaati mereka merupakan ketataan yang benar kepada pemimpinya, dan kalian akan berada dalam kondisi selama beberapa waktu lamanya.
Setelah itu kalian akan di pimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasarkan ilmu dan berbuat bukan berdasarkan landasan ilmu. Barangsiapa menjadi penasehat mereka, berati ia telah binasa dan membinasakan orang lain.
Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikanlah siapa yang berbuat baik diantara mereka sebagai orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk diantara mereka sebagai orang yang buruk.'” (Riwayat Thabrani al Baihaqi, Syaikh Al Bani menyatakan hadits ini shahih).

Dari beberapa hadist di atas menunjukan bahwa akan hadirnya para aparat pemerintah dan aparat keamanan yang dimurkai Allah. Para ulama banyak menerangkan bahwa terlaknatnya mereka dikarenakan tindakan mereka itu sendiri. Suka berbuat dzalim dan menganiaya masyarakat yang tidak salah. Menghukum secara sepihak dan membahagiakan orang kaya padahal jelas salah dalam sebuah perkara.

Tentu saja poros terbahaya dari semua ini adalah munculnya rezim yang bodoh namun otoriter dan diktator, sehingga mereka mengambil kebijaksanaan dalam pemerintahnya dengan hawa nafsu dan akal yang justru akan menimbulkan kerusakan di muka bumi.

Kepemimpinan ini masuk dalam fase Mulkan Jabbar, dimana pemerintah sudah tidak lagi mendasarkan dirinya kepada aturan Allah Swt, dan sudah tidak menjadikan nasehat para ulama yang shalih sebagai penasehat kenegaraan. Apakah rezim yang seperti ini layak diikuti?

Syaikh Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al Wabil dalam kitab Asyraatus Saa’ah beliau menukil Keterangan Imam Nawawi, “Hadist ini adalah diantara mukjizat Nabi. Sungguh telah terbukti apa yang dikabarkan oleh beliau, adapun orang orang yang membawa cambuk adalah pengawal-pengawal penguasa yang berbuat kedzaliman.” (Syarah Nawawi).

Maka tidak aneh bila  sekarang ini kita dapati diantara akhlak para aparat penegak hukum dan aparat pemerintahan semena-mena terhadap kaum muslimin yang ingin menegakkan Tauhid dan sunnah Rasulullah.
Di sisi lain muncul para ‘ulama’ yang justru membenarkan tingkah laku para aparat dzalim. Ulama seperti inilah yang menjadi pijakan para aparat pemerintah.

Jika kita sudah tiba pada fase pemerintahan seperti ini, maka wajib bagi kita untuk bertindak waras. Selalu berpegangan pada kebenaran, bukan ‘kebeneran’. Sepanjang sejarah dunia, orang-orang yang senantiasa menegakkan kebenaran, al-haq, selalu berada dalam kesunyian. Jalan kebenaran adalah jalan kesunyian. Bukan jalan penuh gemerlap lampu duniawi. Bukan jalan penuh kemilau dan tepuk tangan manusia-manusia lainnya. Allah Swt Maha Tahu, siapa yang berjuang menegakkan al-haq, dan mana yang berjuang menegakkan syahwatnya. Wallau’alam bishawab. (Muhammad Abdullah)
sumber: eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top