Namanya
Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin
Syafi’i bin Ubaid bin Abdu
Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib (ayah Abdul Muttalib kakek Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa
Salam) bin Abdi Manaf. Beliau bertemu nasabnya dengan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam pada Abdi
Manaf.
Beliau bergelar Nashirul hadits (pembela
hadits), karena kegigihannya dalam membela hadits dan komitmennya untuk
mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam.1
Kelahiran
Imam Al-Baihaqi menyebutkan,”Imam
Asy-Syafi’i dilahirkan di
kota Ghazzah, kemudian dibawa ke Asqalan, lalu dibawa ke Mekkah.
Ibnu Hajar menambahkan,” Imam
Asy-Syafi’i dilahirkan di
sebuah tempat bernama Ghazzah di kota Asqalan. Ketika berusia dua tahun ibunya
membawanya ke Hijaz dan hidup bersama orang-orang keturunan Yaman karena ibunya
dari suku Azdiyah. Diusia 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah karena khawatir
nasabnya yang mulia akan lenyap”.
Perjalanannya menuntut ilmu
Dalam usia 7 tahun Imam Asy-Syafi’i selesai menghafal Al-Qur’an dan usia 10 tahun beliau hafal
Al-Muwaththa’
karya Imam Malik, usia 15 tahun dengan izin gurunya
yang bernama Muslim bin Khalid Az-Zanji untuk berfatwa. Beliau juga banyak
menghafal syair-syair Hudzail. Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk belajar
fiqih dari Imam Malik bin Anas hingga Imam Malik wafat tahun 179H, setelah itu
beliau belajar dari Sufyan bin ‘Uyainah.
Dari hasil menggadaikan rumahnya seharga 16
dinar, Imam Syafi’i pergi ke
Yaman. Karena ketidakmampuannya beliau bekerja di Yaman sambil belajar dari para
ulama-ulama di sana di antaranya Ibnu Abi Yahya dan lainnya.
Ketika itu, di saat pemerintahan Khalifah
Harun Al-Rasyid terjadi fitnah ‘Alawiyyin yang mengakibatkan seluruh
‘Alawiyyin terusir dari Yaman termasuk Imam Syafi’i. Beliau bersama rombongan ‘Alawiyyin dibawa ke Irak dengan diikat dan sambil disiksa. Keluar dari
penjara Irak beliau belajar dari para ulama-ulama di sana seperti Imam Muhammad
bin Al-Hasan.
Ketika pemerintahan Al-Makmun yang dikuasai
oleh para ulama ahli kalam dan merebak banyak bid’ah, beliau pergi ke Mesir dan beliau
membuka halaqah di masjid
Amr bin Al-‘Ash.
Guru dan muridnya
Imam Syafi’i mengambil ilmu dari para ulama di
berbagai tempat misalnya di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Yaman, Syam dan
Mesir. Imam AL-Baihaqi menyebutkan beberapa orang guru Imam
Asy-Syafi’i di antaranya
sebagai berikut:
- Di Makkkah
- Imam Sufyan bin Uyainah.
- Abdurrahman bin Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah.
- Ismail bin Abdullah Al-Muqri.
- Muslim bin Khalid Az-Zanji.
- Di Madinah
- Imam Malik bin Anas.
- Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawirdi.
- Ibrahim bin Sa’ad bin Abdurrahman.
- Muhammad bin Ismail Abu Fudaik.
- Di tempat-tempat yang lain
- Hisyam bin Yusuf Al-Shan’ani.
- Mutharrif bin Mazin Al-Shan’ani.
- Waki’ bin Jarrah
- Muharrmad bin Hasan Al-Syaibani.
Adapun murid-murid beliau yang terkenal
adalah
- Rabi’ bin Sulaiman bin Abdul Jabbar tokoh hadits dan fiqih, menjadi syaikh muazzin di masjid Fusthath.
- Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Ismail bin Amr bin Muslim Al-Muzani Al-Mishri.
- Abu Yaqub Yusuf bin Yahya Al-Mishri Al-Buwaithi.
- Beliau juga bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal dan saling mengambil ilmu antara keduanya.
Imam Syafi’i memiliki karya tulis yang banyak
sekali, di antaranya yang paling terkenal adalah:
- Kitab Al-Umm, Kitab fiqih yang terdiri dari empat jilid berisi 128 masalah dan terbagi ke da lam 40 bab lebih.
- Kitab Al-Risalah Al-Jadidah, Kitab ini dianggap sebagai induk kitab ushul fiqh yang terdiri dari satu jilid besar yang sudah di-tahqiq oleh Ahmad Syakir.
- Selain yang dua ini ada beberapa kitab yang dinisbahkan kepada beliau di antaranya kitab Al-Musnad, As-Sunan, Ar-Rad ‘ala Al-Barahimiyah dan Mihnatu Imam Asy-Syafi’i.
Wafatnya
Setelah mengalami penyakit wasir yang
menyebabkan keluar darah terus menerus, Imam Asy-Syafi’i wafat pada akhir bulan Rajab tahun
204H dan dimakamkan di Mesir. Wallahu ‘A ’lam.
0 komentar:
Posting Komentar